Sebuah Cerita Pengabdian untuk Masyarakat Desa

Berawal dari sebuah pamflet di Instagram  berisikan informasi Open Recuitmen Volunteer untuk kegiatan Pengabdian Masyarakat Desa yang berlokasi di Desa Lamoanak, Kec. Menjalin, Kab. Landak.

Tertarik, aku segera mendaftar. Persyaratan pun terpenuhi, setelah mengikuti screening, akhirnya aku dinyatakan lolos dan tergabunglah menjadi 
Volunteer dalam kegiatan ini. 

Kegiatan yang terlaksana selama 3 hari 2 malam. Banyak menimbulkan kesan yang sangat mendalam, keberangkatan dibagi 2, ada siang dan malam. Aku memilih untuk berangkat siang dari Pontianak-Menjalin dengan jarak tempuh sekitar 3-4 jam, didalam Bus dengan cuaca panas dan kerongkongan kering. Mau minum, tapi sedang berpuasa hehe. Waktu berbuka tiba, seteguk air putih menghilangkan dahaga, berbuka di jalan tanpa kumandang azan dan hanya mengandalkan jam tangan untuk melihat waktu. Hal itu tak menyurutkan niat untuk tak berpuasa. Akhirnya sampailah di desa tersebut, menurunkan segala peralatan dan barang² kami dari Bus ke Rumah Pak Yoyakim selaku Kepada Desa. Beliau menyambut kedatangan kami dengan ramah dan menyediakan ruangan untuk kami Sholat Taraweh berjamaah.

Singkat cerita, keesokan harinya dimulai dengan kegiatan Sosialisasi di Sekolah, siswa-siswi menyambut kami dengan sangat antusias. Senyum dan sapa guru juga di Sekolah yang sangat ramah, dan membuat kami merasa betah. Sosialiasi tentang belajar memilah sampah. Sebelum berlanjut di materi, siswa-siswi terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menyebutkan cita-citanya. Siswa-siswi dari kelas 1-6 SD sangat bersemangat demi pendidikan untuk masa depan mereka yang gemilang. 






Setelah sosialisasi selesai, kegiatan selanjutnya kami membersihkan Sekolah, sudut demi sudut dibersih dan dirapikan, dinding yang kusam skrg bewarna setelah di cat, rumput yang panjang menjadi pendek berkat mesin pemotong rumput. Cuaca yang terik tak mengendurkan semangat demi sebuah pengabdian ini terhadap Ibu Pertiwi. 




Hari kedua tiba, malam hari usai Sholat Tarawih di ruang kelas tiga, kini giliran Himasta yang menjelaskan materi tntg Mc. Excel kepada anak muda dan perangkat desa. Bertujuh orang dengan semangat yang membara, saking membaranya si pembicara pun berkeringat ria. Beberapa teguk air sebagai penghilang dahaganya.  



Di hari ketiga, senam pagi bersama warga dengan suasana nan riang gembira, gerakan² senam yang menyehatkan jiwa, setelah senam kami befoto bersama. Sebagian ada yang beristirahat dan ada yang masih bekerja membersihkan rumput panjang yang masih tersisa. 



Oh iya, dengan selingan waktu yang sangat padat, tak lupa akan kewajiban kami terhadap-Nya, meskipun ku tak melihat ada satu Masjid pun di desa tersebut, tak pula terdengar suara azan, tak ada bunyi beduk sebagai penanda. Tentunya semua bukan sebagai penghalang tuk mengabdi dan berpuasa bagi yang Muslim.Tapi aku salut dengan toleransi yang terlahir di Desa ini. Sedikit informasi bahwa Desa ini berada di kaki Bukit Sinambue. Desa ini mayoritas penduduknya bersuku Dayak Kanayant,  memiliki sumber pendapatan dengan memanfaatkan hasil tani dan ternak hewan seperti Sapi, Kambing, Babi sebagai penghasil pundi rupiah. Tak hanya bukit saja, tapi ada juga Hutan adat sebagai warisan alam yang patut di jaga dan dilindungi. 



Kini tanggal 10-12 Mei 2019 telah berlalu, tanpa adanya kerja keras dari semua panitia (Pengurus HIMAPPAPK FEB Untan, HIMASTA FMIPA Untan, dan Para Volunteer) kegiatan ini tak kan dapat terlaksana, banyak kesan mendalam yang menjadi cerita. Banyak candaan, tangis, tawa dan perjuangan kita telah bersama dalam pengabdian ini. Lihat lah, betapa keringkat dan waktu yang kita korbankan untuk mereka, mereka pasti bangga, mereka pasti berdoa kepada-Nya untuk kesuksesan kita di masa depan demi mengabdi kepada Nusa Bangsa.

Terimakasih semua, 3 hari 2 malam yang sangat berarti. 

Penulis: Gusti Muhammad Ridho

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Ae' Besar (Lagu Melayu Landak)

Tudung Saji Kabupaten Landak (Kerajianan Tangan Melayu Ngabang)

Lirik Lagu Si Dare